Nilai sosial beras yang tinggi telah mempunyai sejarah yang panjang. Du candi Borobudur telah terdapat lukisan tanaman padi yang nenggambarkan bahwa kira - kira 12 abad yang lalu padi telah menempati nilai sosial yang tinggi.
Nilai sosial yang tinggi berkaitan juga dengan nilai gizi yang baik dari beras karena mebgandung protein yang lebih baik dari pangan karbohidrt berbahan baku tanaman pangan lain. Karenah nilai sosial yang tinggi itu dan sesuai dengan kepercayaan pda waktu itu, padi diberikan arti yang mistis, yaitu berasal dari Dewi Sri, istri Batara Wisnu.
Nilai sisial beras di era kemerdekaan pun mendapt pengakuan yng lebih karenah pemerintah melakukan pembagian beras ke pegawai negeri. Pemberian jatah beras kepada pegawai negeri secara tidak langsung memberikan sinyal bahwa beras identik dengan gengsi dan kedudukan. Sebaliknya, di era kemerdekaan ini orang yang sangat malu untuk menyajikan pangan ubi - ubian pada tamunya karenah ubi- ubian identik dengan kemiskinan.
Sebelum revolusi hijau, konsumsi pangan sumber karbohidrat berimbang antara beras dengan sumber karbohidrat lainya, tetapi dengan adanya moderenisasi produksi beras sejak revolusi hijau, konsumsi beras mendominasi pangan pokok, dan sumber karbohidrat lainya mulai terabaikan. Fakta - fakta sumber bahan pangan karbohidrat lokal non beras terjadi penyusutan
Dominasi konsumsi beras masyarakat Indonesia setelah revolusi hijau meningkat signifikan, sementara konsumsi singkong jagung yang awalnya relatif tinggi terus mengalami penurunan, bahkan saat ini produksi singkong dan jagung bukanah untuk konsumsi pangan langsung oleh masyarakat tetapi sebagai bahan baku pakan ikan dan ternak.
Tingginya penghargaan masyarakat terhadap beras sangat bertolak belakang dengan pandangan terhadap pangan pokok lokal tradisional sumber karbohidrat yang lain seperti singkong, jagung dan sagu, yang diposisikan sebagai bahan pangan inferior. Hal lain yang juga menghambat pengembangan deversifikasi konsumsi pangan adalah masalah penyiapan. Beras relatif lebih mudah dan cepat disiapkan dripada sumber karbohidrat yang lain. Di samping itu, juga rasanya lebih enak dan harganya relatif lebih murah berkaitan dengan kandungan gizinya. Ketergantungan pada beras sebagai bahan pangan pokok dinilai sudah sangat kronis, padahal Indonesia memiliki sumber pangan yang beragam.
Budaya konsumsi pangan sebagian besar masyarakat Indonesia selama ini masih pada upaya pemenuhan kebutuhan energi untuk melakukan aktivitas secara fisik. Pengertian pangan seringkali, dibatasi hanya pada pangan pokok sumber karbohidrat yaitu beras. Kesalahkaprahan ini harus segera diluruskan, karena manakala negara tidak mampu menyediakan beras yang cukup bagi masyarakat, dikatakan bahwa masyarakat telah kekurangan pangan, padahal sumber karbohidrat tidak hanya beras. Masih banyak bahan pangan pokok tradisional sumber karbohidrat yang dapat menggantikan beras sebagai sumber energi. Konsumsi beras yang diminan ini, telah membentuk perilaku makan bagi bangsa Indonesia, sehingga hal tersebut menggiring sampai ke perdesaan untuk melupakan komoditas pangan lokal seperti ubi - ubian, kacang - kacangan dan buah - buahan.
Komentar
Posting Komentar