Bicara pendidikan tidak terbatas pada ketersedian anggaran. Meskipun penerintah telah mengalokasikan anggaran yang banyak dlam APBD maupun APBN. Namun hal tersebut tidak kemudiab menjamin mutu dan kesetaraan pelayanan pebdidikan terlaksana. Banyak hal lain di luar anggaran yang payut difikirkan.
Ketersediaan anggaran yang banyak akan menjadi sia-sia apabila tidak diikuti dengan perumusan program yang mengarah pada kesetaraan peningkatan mutu pendidikan. Artinya, program-program pendidikan yang menjurus pada pencerdasan generasi menjadi satu hal penting diluar persoalan anggaran. Sebaliknya apabila program nemajukan pendidikan hanya dilihat dari sudut pandang anggaran semata maka tidak menutup kemungkinan besarnya kucuran anggaran akan dikhianati dan tidak dinikmati oleh semua anak negeri.
Sejauh ini kesetaraan pelayanan pendidikan masih menjadi persoalan utama dalam sistem pendidikan diwilayah tertentu. Terdapat kesenjangab antara lembaga pendidikan di kota dibanding lembaga pendidikan di desa dan pelosok-pelosok. Pelayananpendidikan menjadi tidak setara, tidak merata, sehingga anak-anak genersi penerus menikmati pelayanan pendidikan secara tidak seimbang. Ini tidak lain adalah ketidakadilan.
Kesenjangan begitu antara, Misalnya antara lembaga pendidikan yang berlebel unggulan dengan lembaga pendidikan reguler Fasilitas dan segala sarana-prasaranan pendidikan di lembaga pendidikan unggulan nyaris sempurna dan tidak kurang sedikitpun. Sementara lembaga pendidikan regular hanya berfasilitas peralatan seadanya. Apalagi melihat realitas lembaga pendidikan dipedalaman, mash banyak lrmbaga sekolah hampir tak layak disebut sekolah.
Kesenjangan fasilitas dan pelayanan pendidikan juga terlihat pada lembaga pendidikan di daerah perkotaan dibanding lembaga pendidikan di daerah terpencil yang paling dirasakan adalah dalam konteks penyedian fasilitas insfratruktur dan kelengkapan tebaga pendidik dari masing-masing lembaga pendidikan. Jika kita pergi ke daerah prlosok terpencil maka, anda tidak akan nenemukan laboratorium sekolah yang memadai, tidak ada perpustakaan, dan lebih ironis tidak menemukan siswa-siswinya nemiliki buku pelajaran.
Komentar
Posting Komentar