Industri Berbasis Budaya

 Globalisasi dibidang ekonomi, politik dan budaya, ternyata bukan sekedar menawarkan produk dan komuditas, melainkan juga menawarkan nilai. Inilah yang tercermin dari industrialisasi liberal kapitalistik yang menjadi salah satu bagian penting dari arus globalisasi. Liberalisasi dan industri sebagian implikasi dari ideologi modrnisme, telah menawarkan kemakmuran bagi umat manusia. Tetapi hal yang tidak disadari adalah bahwa istilah "kemakmuran" di situ sangatlah absurd. Absutditas itu tercermin dari banyaknya paradoks dan kontradiksi nilai yang lahir dari proyek industrialisasi yang digalakkan oleh agen-agen liberalisme itu sendiri.

Akibat krisis kebudayaan inilah, maka masyarakat yang hidup ditengah abad industri menjadi kehilangan pegangan, kehilangan jati diri dan eksistensinya, sehingga mereka tidak lagi mengenal siapa sesungguhnya mereka. Manusia kemudian terasing dari diri dan lingkungan budayanya  dan mengenali goncangan hebat.

Kemakmuran yang ditawarkan industrialisasi kapitalistik-liberal, ternyata hanya ilusi, dan sebaliknya justru melahirkan malapetaka bagi kemanusiaan, salah satunya yang paling mencolok adalah ketimpangan ekonomi yang menganga lebar antara pemodal dan rakyat yang tidak menguasai modal. Inilah konsekuensi logis dari proyek industrialisasi yang lebih bertumpu pada spirit materialisme tanpa memperhatikan nilai- nilai budaya, tradisi, kearifan dan unsur- unsur kemanusiaan lainya.

Nilai- nilai moral dan kultural yang berupa kesederhanaan, kesahajaan, kebijaksanaan, asketisne sosial dan sejenisnya ahkirn telah tergerus oleh kekuatan kapital. Akibatnya tergantikan oleh nilai- nilai budaya lain yang sangat destruktif seperti borjuisme, hedonisme dan konsumerisme. Masyarakat setiap detik selalu di dorong untuk mengkonsumsi produk- produk yang diciptakan oleh industri kapitalisme. Ahkirnya daya tarik bujuk rayu konsumerisme yang sengaja didesain oleh agen-agen kapitalisme- liberal itu semakin menumbuh kesadaran dan nalar kritis masyarakat. Sehingga masyarakat semakin terhipnotis oleh aneka buku rayu kapitalisme, tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan nilai-nilai moral.




Komentar